Pada awal tahun 2020, dunia sedang dilanda pandemi COVID-19, tak terkecuali di Amerika Serikat. Virus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok, menjalar dengan cepat ke seluruh dunia dan menyebabkan dunia dengan penuh ketidakpastian.
Seluruh dunia tidak siap dengan adanya Pandemi ini, termasuk Amerika Serikat yang kita kenal sebagai negara adidaya. Pemerintahan di berbagai negara bagian Amerika Serikat ini ternyata juga membuat kebijakan-kebijakan yang mengundang kritik dari masyarakat.
Mulai dari lambannya dalam menyikapi ancaman, memnganggap sepele, membuat kebijakan aneh, dan sebagainya sehingga beberapa pejabat negara bagian ini disebut sebagai gubernur terbodoh. Berikut ini 4 gubernur terbodoh di Amerika Serikat karena tidak tepat dalam mengantisipasi pandemi COVID-19.
1. Kevin Stitt, Gubernur Oklahoma
Pada 14 Maret 2020, Gubernur Oklahoma, Kevin Stitt memposting cuitan di media sosial twitter pribadinya. Dalam cuitan tersebut, Kevin Sitt mengunggah foto dirinya bersama dengan anak-anaknya di sebuah restoran yang ramai. Dalam foto tersebut Kevin Sitt menuliskan caption “Makan bersama anak-anak saya dan semua rekan Oklahoman di @Collective OKC!. Malam ini penuh sesak!”.
Tiba-tiba, keesokan harinya Stitt mengumumkan keadaan darurat di seluruh negara bagian Oklahoma yang disebabkan oleh wabah COVID-19. Pengumuman tersebut bertujuan untung melindungi keselamatan seluruh warga masyarakat di negara bagian Oklahoma.
Namun, pengumanan keadaan darurat ini tidak memberi wewenang apapun kepada lembaga-lembaga negara untuk mengambil tindakan tertentu. Tidak terdapat perintah untunk tinggal di rumah, tidak ada batasan mengenai jumlah orang dalam sebuah pertemuan, dan tidak ada panduan yang jelas kepada masyarakat Oklahoma. Kevin Stitt hanya mendorong mereka untuk memanfaatkan layanan online dalam berinteraksi.
Karena tidak terdapat instruksi yang jelas, hal ini membuat warga masyarkat kebingungan. Charlie Hannema, sebagai kepala juru bicara kantor gubernur buru-buru memberikan klarifikasi. Charlie Hannema mengatakan kepada CNN bahwa Stitt meminta warga masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti tindakan pencegahan penyebaran virus yang direkomendasikan, melindungi orang lanjut usia dan warga rentan lainnya, serta tetap mendukung bisnis lokal.
“Gubernur akan terus mengajak keluarganya makan malam dan berbelanja tanpa harus hidup dalam ketakutan dan mendorong warga Oklahoma untuk melakukan hal yang sama,” kata Charlie Hannema, juru bicara kantor gubernur Oklahoma.
Keputusan Kevin Stitt yang akan tetap melanjutkan aktivitas seperti biasanya tanpa memberikan panduan yang jelas kepada masyarakat dalam menghadapi situasi pandemi, tentu bukan keputusan yang bijak. Tindakan ini jadi menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan pemerintah negara bagian Oklahoma dalam menghadapi krisis kesehatan yang tengah berlangsung.
2. Tate Reeves, Gubernur Mississippi
Pada awal bulan Maret 2020, tepat ketika pandemi virus corona sedang memanas, Tate Reeves membawa keluarganya melakukan perjalanan ke Paris dan Barcelona. Akan tetapi harus segera kembali melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, sebelum larangan perjalanan Eropa yang dikeluarkan Donald Trump diterapkan.
Dua hari kemudian, Reeves mengumumkan keadaan darurat di Mississippi. Sekitar 10 hari setelahnya, Reeves mengeluarkan perintah eksekutif yang mengarahkan warga Mississippi untuk menghindari kontak sosial dan pertemuan tidak penting lainnya yang melibatkan lebih dari 10 orang, melarang bar dan restoran melayani lebih dari 10 pelanggan sekaligus, dan melarang sebagian besar pengunjung di layanan kesehatan.
Perintah tersebut menjadi pemicu kekacauan. Meskipun dimaksudkan untuk memberlakukan aturan pembatasan yang baru, peraturan yang diterapkan seluruh negara bagian justru sebenarnya melemahkan pembatasan yang telah diberlakukan oleh walikota setempat sebelumnya di sebagian besar negara bagian tersebut.
“Tindakan gubernur menciptakan kebingungan dan kepanikan massal di seluruh negara bagian,” kata Walikota Tupelo Jason Shelton. Tidak ada seorang pun yang tahu pedoman mana yang harus mereka ikuti dan mana yang tidak. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kompetensi gubernur dalam menghadapi penyebaran virus COVID-19.
3. Kay Ivey, Gubernur Alabama
Pada tanggal 1 April, 35 warga Alabama telah meninggal karena virus COVID-19. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dari University of Washington, memproyeksikan lonjakan tajam angka kematian di Alabama hanya dalam waktu dua minggu, akan mencapai lebih dari 300 kematian per hari pada 19 April.
Sementara sumber daya rumah sakit di Alabama termasuk yang paling tidak siap di Amerika Serikat. Negara bagian ini hanya menyediakan kurang lebih 474 tempat tidur ICU. Sementara proyeksi dari IHME, tempat tidur ICU yang mereka perlukan adalah minimal sebanyak 4.382. Itu berarti, 1 tempat tidur ICU akan ditempati sebanyak 10 pasien.
Hingga 3 April, Gubernur Kay Ivey masih belum mengeluarkan perintah tinggal di rumah. Gubernur Kay Ivey merasa bahwa saat itu bukan waktu yang tepat untuk memerintahkan orang-orang berlindung di tempat.
Tepat pada tanggal 3 April, ketika semua sudah sangat terlambat untuk mencegah bencana kesehatan di Alabama, Ivey mengeluarkan perintah tinggal di rumah, yang berlaku efektif keesokan harinya.
4. Ron DeSantis, Gubernur Florida
Gubernur terbodoh selanjutnya ialah Ron DeSantis yang merupakan Gubernur Florida. DeSantis dinilai lamban dalam membuat kebijakan lockdown dan membuat kebijakan yang justru memperlonggar mobilitas masyaraktanya.
Florida sendiri adalah negara bagian dengan populasi paling berisiko di Amerika Serikat, dimana mayoritas diisi oleh warga lanjut usia. Sehingga, apabila virus COVID-19 menyebar di wilayah ini maka akan menjadi bencana besar, yang mereka belum tahu adalah kapan hal itu akan terjadi.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan Florida akan mengalami 175 kematian akibat COVID-19 per hari pada awal Mei. Sementara Negara bagian Florida diperkirakan hanya memiliki sekitar separuh tempat tidur ICU dari yang dibutuhkan.
Selama berminggu-minggu, Gubernur Florida Ron DeSantis menolak mengeluarkan perintah untuk tetap tinggal di rumah ke seluruh negara bagian Florida. DeSantis meyakini virus tersebut tidak akan berdampak pada negara bagian mereka. Sementara itu, disaat yang bersamaan ribuan anak muda memadati pantai Florida selama liburan musim semi.
Pada tanggal 1 April, DeSantis akhirnya menyerah dan terlambat mengeluarkan perintah tinggal di rumah. Namun delapan jam setelah dia mengeluarkan perintah tersebut, DeSantis diam-diam menandatangani perintah kedua yang justru melemahkan aturan pembatasan yang sudah ada di tingkat lokal di negara bagian tersebut.
Perintah kedua menyatakan bahwa perintah pertama akan menggantikan tindakan atau perintah resmi yang dikeluarkan oleh pejabat lokal dalam menanggapi COVID-19. Perintah kedua sebenarnya melemahkan, bukan memperkuat, misalnya peraturan di seluruh negara bagian tersebut melonggarkan kegiatan kebaktian keagamaan yang dilakukan di gereja dan rumah ibadah, juga melonggarkan setiap kegiatan rekreasi.